Paradigma Mistik, Ilham, Suluk dan Kasyaf

Paradigma Mistik, Ilham, Suluk dan Kasyaf


Di susun oleh:

Abdun Nafi                 1410110325

Nur Aifa                      1410110332


A.    Latarbelakang  Masalah
Tasawuf merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan umat islam, ia merupakan unsur spiritual dari ajaran islam yang menyebabkan kehidupan lebih bermakna. Tujuan tasawuf adalah untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat tuhan. Tasawuf itu simbol karena dari keadaan jiwa manusia sendiri yang aktif yang rindu bertemu dengan tuhan atau bisa juga berpangkal dengan faktor historis.
Paradigma dirumuskan sebagai pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok permasalahan.yang semestinya dikaji dan dipelajari.Oleh karena itu maka perlu dikajinya tentang ilham,suluk dan kusyuf.Hal tersebut pengaruh terhadap tentang jiwa paradigma yang sekarang ini sudah mulai tidak seperti zaman dahulu yang masih jauh dari kata glamour.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah ilham itu?
2.      Apa yang dimaksud suluk?
3.      Apa pengertian dari kasyaf?








BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Ilham
petunjuk Tuhan yg timbul di hati: ibu Nabi Musa mendapat  supaya memasukkan anaknya ke dl peti dan menghanyutkannya ke Sungai Nil.[1]
Muhammad Rasyid Ridha dalam Al-Wahyul Muhammadi memberikan pengertian, bahwa ilham adalah suatu perasaan emosional yang diyakini oleh jiwa yang karnanya jiwa itu terdorong untuk melakukan yang dikehendakinya oleh dorongan ilham itu, tanpa disertai kesadaran jiwa sendiri dari mana datangnya, keadaannya hamper sama dengan persaan lapar, dahaga, sedih, senang dan sebagainya.
B.     Suluk
Suluk  berarti perjalanan ruhani seorang hamba dengan tujuan untuk mendekatkan diri, memohon ampunan, dan berkehendak mendapat ridho Allah SWT dengan melalui tahapan-tahapan penyucian jiwa (tazkaiatun – nafsi) yang dipraktekan ke dalam latihan-latihan ruhani( riadlatur-ruhaniah) secara istiqamah dan mudawamah.
Dalam ilmu Tasawwuf ada istilah ‘al-Maqamat’ atau tahapan / tingkatan yang akan dilalui oleh seseorang untuk mencapai ‘makrifat’ atau mengenal Allah. Perjalanan panjang menuju tujuan tersebut disebut dengan ‘suluk’.[2]
Setiap orang yang suluk meyakini, bahwa dirinya akan menjadi bersih dan tobatnya akan diterima oleh Allah SWT, sehingga dia menjadi taqarrub, dekat diri kepada-Nya. Syekh Amin Al Kurdi mengatakan, tidak mungkin seseorang itu sampai kepada makrifatullah dan hatinya bersih serta bercahaya, sehingga dapat musyahadah kepada yang mahbub, yang dicintai yaitu Allah SWT, kecuali dengan jalan suluk atau berkhalwat. Dengan cara inilah seseorang salik yang menghambakan dirinya kepada Allah SWT semata-mata, bisa sampai kepada yang dimaksud (Amin Al Kurdi 1994 : 430).

1.      Syarat- Syarat Suluk
Syekh Amin Al Kurdi dalam bukunya “Tanwirul Qulub” mengatakan ada 20 syarat suluk:
a.       Berniat ikhlas, tidak riya dan sum’ah lahir dan batin.
b.      Mohon ijin dan do’a dari syekh mursyidnya, dan seorang salik tidak memasuki rumah suluk sebelum ada ijin dari syekh selama dia dalam pengawasan dan pendidikan.
c.       ‘Uzlah (mengasingkan diri), membiasakan jaga malam, lapar dan berzikir sebelum suluk.
d.      Melangkah dengan kaki kanan pada waktu masuk rumah suluk. Waktu masuk seorang salik mohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan dan membaca basmalah, setelah itu dia membaca surat An Nas tiga kali, kemudian melangkah kaki kiri dengan berdo’a
e.       Jangan berangan-angan untuk memperoleh keramat.
f.       Jangan menyandarkan punggungnya ke dinding.
g.      Berpuasa.
h.      Diam, tidak berkata-kata kecuali berzikir atau terpaksa mengatakan sesuatu yang ada kaitannya dengan masalah syariat. Berkata-kata yang tidak perlu akan menyia-nyiakan nilai khalwat dan akan melenyapkan cahaya hati.

2.      Macam-Macam Suluk
Adapun beberapa macam suluk yang diciptakan oleh ahli tarekat guna memperbaiki keaslahan-kesalahan seorang salik, yaitu:
a.       Jalan ibadah:  jalan yang ditempuh oleh seorang salik untuk memperbaiki syari’at yang merupakan kehidupan orang Islam sehari-hari yang bertujuan untuk menjalankan ibadah-ibadah menjadi lebih sempurna.
b.      Jalan riadhah: jalan yang ditempuh seorang salik untuk memperbaiki akhlaknya, dengan mengerjakan segala kekurangan-kekurangan tingkah lakunya yakni dengan menahan syahwat, latihan diri dengan bertapa, mengurangi makan & minum, tidur, mengurangi berkata-kata / adu domba.
c.       Thariqul khidmah WA bazlul jah: sebuah pendidikan yang diberikan oleh seorang mursyid agar para muridnya atau salik untuk berbuat khidmat dan kebajikan terhadap manusia. Dengan menyembunyikan kemegahan-kemegahan keturunan atau kedudukannya. Sehingga terjadi hubungan yang akrab antara seorang salik dengan masyrakat dalam pergaulan.
d.      Thariqul mujahidat WA ruku bil ahwal: Sebuah pengajaran yang diberikan mursyid kepada salik untuk melatih mereka agar tidak menjadi pengecut dalam peperangan melainkan menjadi pahlawan-pahlawan yang pemberani untuk mempertahankan kedaulatan nusa dan bangsa, melenyapkan kedzaliman. Yang harus ditakuti umat manusia hanyalah Allah SWT dan ulil amrinya.

3.        Tujuan Suluk
Adapun beberapa tujuan mempelajari suluk bagi seorang salik, yaitu:
a.       Memperkuat keyakinan terhadap tuhan
b.      Menghilangkan  segala sifat-sifat yang buruk pada seseorang
c.       Menanamkan sifat-sifat yang baik, sehingga ia menjadi manusia yang sempurna
d.      memperbaiki akhlaq
e.       menumbuhkan sifat-sifat yang terpuji atau mahmudah.


C.     KASYAF
Kasyaf menurut bahasa artinya terbuka atau tidak tertutup. Sedangkan menurut istilah, kasyf adalah kehidupan emosi keagamaan. Bisa juga kasyf diartikan dengan satu istilah bagi terefleksinya sebagian kondisi universe dan kerajaan Allah. Pada cermin kalbu setelah bersih dari kotoran-kotoran dosa dan kerusakan nafsu syahwat. Kasyf merupakan istilah paling luas bagi terbukanya hijab (tabir) rahasia mistik.
Tingkatan kemanusiaan ini secara umum dapat dikelompokkan kedalam tiga tingkatan.
1.      mujahadah.
Pada tingkatan ini akal manusia dikendalikan oleh bukti objektif kebendaan (burham). Oleh karena itu tingkatan ini dapat mencapai ‘lm al-yaqin yang masih dalam ruang lingkup pemikiran rasional.
2.      Mukasyafah
Pada tingkatan ini manusia mampu menerima pengetahuan berdasarkan eksplansi (pencarian penjelasan, bayan). Orang yang mencapai taraf ini akan dapat mencapai ‘ain al-yaqin, yakni pandangan kebenaran objektif yang mengacu pada kebenaran yang mungkin.
3.      Musyahadah
Tingkatan ini adalah pengalaman pribadi manusia (Makrifat) yang langsung bisa menyaksikan sesuatu hal. Pengalaman pribadi ini merujuk pada pengalaman mistik berkat kedekatannya kepada Tuhan, sehingga dapat terbuka baginya, pengetahuan haqq al-yaqin. Yang terahir ini adalah bayangan langsung tuhan dan acapkali di sebut dengan al-mu’aiyana.












BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN

bahwa ilham adalah suatu perasaan emosional yang diyakini oleh jiwa yang karnanya jiwa itu terdorong untuk melakukan yang dikehendakinya oleh dorongan ilham itu, tanpa disertai kesadaran jiwa sendiri dari mana datangnya, keadaannya hamper sama dengan persaan lapar, dahaga, sedih, senang dan sebagainya.

Suluk  berarti perjalanan ruhani seorang hamba dengan tujuan untuk mendekatkan diri, memohon ampunan, dan berkehenda mendapat ridho Allah SWT dengan melalui tahapan-tahapan penyucian jiwa (tazkaiatun – nafsi) yang dipraktekan ke dalam latihan-latihan ruhani( riadlatur-ruhaniah) secara istiqamah dan mudawamah.
Kasyaf menurut bahasa artinya terbuka atau tidak tertutup. Sedangkan menurut istilah, kasyf adalah kehidupan emosi keagamaan. Bisa juga kasyf diartikan dengan satu istilah bagi terefleksinya sebagian kondisi universe dan kerajaan Allah










DAFTAR PUSTAKA

HM. Amin Syukur, menggugat tasawuf, yogyakarta: pustaka Pelajar, 1999
Ma’shum Abdus Syafi, tasyawuf, kudus: 2011
kbbi.web.id/ilham
http://annas-ribab.blogspot.com/2009/11/al-quran-wahyu-ilham.html



[1] kbbi.web.id/ilham
[2] http://hujjahnu.blogspot.com/2013/02/dalil-suluk-dalam-tasawuf.html

Post a Comment

أحدث أقدم